Sabtu, 27 Agustus 2011

Mengapa Inovasi (sering) Terhambat?

Kasus penumpang gagal atau terlambat terbang yang dialami Garuda Indonesia akhir pekan lalu dan awal pekan ini, tak pelak menimbulkan kerugian tidak hanya bagi Garuda namun juga bagi ribuan penumpang dan sektor lain terkait.

Manajemen Garuda meyakini pengoperasian Integrated Operation Control System (IOCS) akan membawa perbaikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, namun demikian proses implementasi yang berlangsung jauh dari mulus, karena berbagai hal, yang barangkali tak terduga sebelumnya dapat memengaruhi target perusahaan dalam jangka panjang yang sudah dicanangkan.

Dari perspektif manajemen strategi, penggunaan IOCS dapat dikatakan sebagai bagian dari upaya inovasi perusahaan mencapai keunggulan kompetitif, sebagaimana dikatakan oleh Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda, diimplementasikannya sistem Teknologi Informasi (IOCS) terbaru juga untuk memenuhi persyaratan masuk ke dalam anggota aliansi global maskapai Skyteam (Bisnis Indonesia, 23 November 2010).

Dari kasus Garuda ini ada dua pertanyaan yang layak menjadi fokus pembahasan, pertama mengapa inovasi yang bertujuan baik seringkali dalam implementasinya mengalami hambatan? Dan kedua, benarkah implementasi sistem TI (IOCS) serta merta akan meningkatkan kinerja perusahaan transportasi?

Kurang Motivasi

Govindarajan dan Trimble (2010) dalam The Other Side of Innovation mengajukan pernyataan bahwa organisasi bisnis dibangun tidak untuk berinovasi melainkan untuk tujuan utama mencapai efisiensi, meraih laba.

Beban kerja sehari-hari difokuskan pada bagaimana beroperasi secara efisien agar meraih laba sebanyak-banyaknya. Wal hasil ketika efisiensi memudar dan laba menjauh, para manajer dan pegawainya tergagap-gagap menghadapi kenyataan mereka harus mencari cara baru, memulai metoda baru, guna memperbaiki kurva kinerja.

Dalam pengertian sederhana, inovasi dapat dipahami sebagai idea, namun idea saja tak cukup untuk mewujudkan harapan, ia haruslah disertai dengan eksekusi.

Idea plus eksekusi, inilah pengertian umum inovasi. Pertanyaannya, mengapa eksekusi gagal? Dalam banyak hal penggagas idea dan pelaksananya merupakan dua atau lebih bagian terpisah yang hubungannya tidak erat.

Motivasi yang ada pada penggagas idea tidak seutuhnya ditransformasikan ke pelaksana. Ada distorsi motivasi. Dengan analisa sederhana ini, dalam kasus Garuda bisa jadi belum semua lini personalia yang terlibat dalam implementasi IOCS memahami motivasi yang disinyalkan oleh manajemen.

Hal ini dapat disebabkan karena sosialisasi internal tidak dilakukan secara terstruktur dan terukur, maupun karena personalia kunci tidak merasa termotivasi untuk mendukung, lantaran personal interest-nya tidak terakomodasi dalam sistem yang baru.

Memahami reaksi terkait dengan implementasi inovasi yang disebabkan oleh rendahnya motivasi pegawai penting bagi manajemen. Dalam tahapan eksekusi, inovasi seringkali mengusir kenyamanan yang sebelumnya dinikmati para
manajer.

Resistensi baik yang nyata terlihat atau yang terselubung, besar atau kecil selalu muncul. Persoalannya, manajemen acapkali rabun tak mampu melihat fenomena ini lantaran super yakin semua pihak akan mendukung. Reaksi penolakan dapat dipahami apabila potential losses yang akan hilang dari sisi kepentingan pegawai tergolong tinggi.

Menghadapi permasalahan seperti ini tak ada resep lain kecuali melakukan scanning untuk mengetahui potensi resistensi dan lakukan tindakan preventif sebelum hari H implementasi dilakukan.

Proses dan Leadership

Perusahaan yang sehari-harinya dikelola dengan baik, tak serta merta ketika mengeksekusi inovasi tingkat keberhasilannya setinggi prestasi harian.

Inovasi yang mengubah proses secara drastis beresiko pada terhentinya proses keseharian yang sudah berjalan lancar. Kasus implementasi IOCS oleh Garuda mencontohkan hal ini. Menjadi pertanyaan besar, apakah manajemen Garuda tidak memahami hal ini? Saya yakin mereka paham benar. Tetapi mengapa kegagalan implementasi terjadi? Kemungkinan penyebabnya banyak, tak hanya software utama yang tiba-tiba ngadat.

Untuk mencari penyebab utama dalam kegagalan mari kita telaah, sudah adakah senario proses transformasi yang lazim dalam implementasi Teknologi Informasi. Demikian pula, apakah dokumen proses sudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat.

Perlu dipastikan semua orang yang terlibat, mengerti posisi, peran dan tugas masing-masing dalam setiap tahapan proses tranformasi.

Setelah semua pihak yang terlibat dalam proses transformasi memahami peran dan tugasnya masing-masing, syarat berikutnya adalah adanya kepemimpinan transformational, yang menjadi dirigen bagi sebuah konser tranformasi.

Pemimpin transformasi tak harus Dirut atau CEO, ia dapat saja seseorang yang karena kapasitasnya ditugasi secara formal utuk memimpin implementasi inovasi. Pemimpin inovasi perlu diberi kewenangan tinggi, guna mengatasi berbagai hambatan dan memutuskan hal - hal strategik dalam situasi kritis.

Dalam beberapa literatur inovasi bahkan disebutkan keberhasilan inovasi sangat dipengaruhi oleh karakter dan kapasitas pemimpinnya.

Penyelarasan TI dan Bisnis
Di masa-masa awal penggunaan Teknologi Informasi (TI) oleh kalangan bisnis telah terbukti TI mendukung kinerja bisnis. Fenomena ini terus berkembang yang terwujud dalam berbagai inovasi bisnis berbasis TI.

Namun demikian perjalanan bisnis dan TI, walau dalam satu organisasi, seringkali tidak selalu harmonis; yang satu berjalan cepat meninggalkan lainnya.

Hasilnya, tidak selalu penambahan investasi TI berdampak pada peningkatan kinerja bisnis.

Bahkan banyak kasus di mana investasi TI gagal dan membawa perusahaan dalam posisi sulit. Kondisi semacam ini menimbulkan paradox, di satu sisi ketergantungan bisnis kepada TI semakin tinggi (no business without IT), di sisi lain penambahan investasi TI tak serta merta mendulangpeningkatan kinerja, bahkan kegagalan di tahap implementasi dapat berdampak serius terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Jika demikan lantas bagaimana solusinya?

Tak ada solusi jitu berlaku generik. Strategi TI yang sukses diimplementasikan di suatu organisasi mungkin hanya pas dan tepat di perusahaan tersebut, ia (strategi tersebut) mungkin gagal total bila diterapkan di perusahaan lain.

Dalam konteks ini, barangkali perlu dicermati IOCS yang sukses diterapkan di Lufthansa mengapa di tahapan implementasi saja sudah mengalami hambatan besar di Garuda. Kemungkinan jawabnya, karena tidak didukung oleh semua pihak yang terlibat, masing-masing asyik dengan idenya sendiri-sendiri.

Akankah terus begitu? Harusnya sih tidak. *****
Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi *)
diambil dari ANTAR KITA ONLINE

Sabtu, 13 Juni 2009

COBALAH SESUATU YANG BERBEDA

Written by Ans Gregory

“ Sebenarnya untuk berubah, kita perlu membuka diri dan mau melakukan sesuatu yang baru atau dengan cara yang berbeda “

Banyak dari kita yang cenderung melakukan hal yang sama, sepanjang hidup kita sebagai orang dewasa. Kita punya kebiasaan yang sama, pergi ke tempat yang sama, senang bertemu dan bersosialisasi dengan orang-orang yang sama. Kita memikirkan hal yang sama dan melakukan sesuatu dengan cara yang sama pula. Dan hasilnya............... ya, memang sama, tidak berubah, dari hari ke hari. Betapa membosankan !.

Kalau kita tetap melakukan hal yang sama dengan cara yang sama, tentu kita akan mendapatkan hasil yang sama pula. Kita seharusnya sadar dan mau melakukan sesuatu yang lebih, mencoba sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru. Dan kalau itu kita lakukan, kita bisa dan hasilnya juga berbeda.

Banyak orang terpaku pada keadaan dimana mereka berada saat ini. Alasannya karena keadaan lingkungan, kurangnya kompetensi atau tiadanya kesempatan. Akan tetapi yang sebenarnya adalah karena mereka tidak mau berubah, tidak mau mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda.

Apa yang diutarakan ini bisa mengenai pekerjaan atau cara kerja dan karir tertentu, tetapi juga mengenai hal-hal biasa dan sederhana dalam hidup sehari-hari. Kita perlu mengubah sikap, reaksi dan harapan kita. Misalnya, kita mau bertemu dengan orang yang lain, berbicara tentang topik masalah yang berbeda daripada yang biasa kita lakukan. Sebenarnya untuk berubah, kita perlu membuka diri atau dengan cara yang berbeda.

Jadi mulai sejak saat ini, katakan kepada diri Anda untuk berbuat sesuatu, betapapun kecil dan sederhana, dengan cara yang berbeda, yang baru. Mungkin Anda akan menjadilebih ramah kepada anak istri dan rekan sekerja. Kalau biasanya Anda terlambat masuk kerja, mulai sekarang datanglah ke tempat kerja lebih awal, atau kalau suka pulang lebih cepat, sekarang Anda mencoba untuk sedikit lebih lambat meninggalkan tempat kerja.

Siapapun Anda, apa saja yang Anda lakukan, selalu ada kesempatan untuk melakukannya secara berbeda. Cobalah mengalami sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda. Anda pasti akan menyukai perubahan tersebut. Dan kalau Anda merasa nyaman dengan perubahan itu, maka Anda pasti akan mau melakukan perubahan yang lain, yang mungkin lebih besar dan lebih bermanfaat bagi diri pribadi Anda maupun bagi lingkungansekitar, termasuk juga bagi perusahaan dimana Anda berkarya.

( diambil dari Gelam edisi April 2009 )

Rabu, 25 Februari 2009

Pemimpin Yang Berhasil

Menjadi seorang Pimpinan atau Atasan dimanapun tempatnya baik itu di Dunia Usaha, Dunia Pendidikan, Birokrasi maupun Militer sekalipun tidaklah mudah. Banyak Kursus-kursus maupun Pelatihan-pelatihan tentang Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Lembaga-lembaga terkenal dan terakreditasi, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang telah mendapat kursus dan pelatihan ini bisa berhasil dalam praktek kesehariannya.

Kunci dari semua itu adalah sejauh mana kita sebagai seorang pimpinan bisa melepaskan ego kita untuk dapat menyelami dan memahami bawahan kita. Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara telah memberikan pondasi kepada kita untuk bisa menjadi seorang Pemimpin yang Baik dengan Sasantinya " ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI "

Bagaimana kita bisa mengetrapkannya ? Baca lebih detil

Rabu, 14 Januari 2009

Sukses Sebagai Karyawan

Pada umumnya seseorang yang baru pertama kali masuk ke Dunia Kerja dan belum mempunyai Pengalaman Kerja, maka orang tersebut akan mengikuti irama kerja di tempat tersebut tanpa melihat Iklim Kerja yang ada. Dan sesuai dengan perjalanan waktu, maka seorang pekerja akan melihat Iklim Kerja di tempatnya, terutama bagi orang yang mempunyai ambisi untuk maju baik secara positif maupun sebaliknya.

Berbeda dengan mereka yang telah berpengalaman, begitu orang tersebut masuk ke tempat kerja yang baru, maka ia akan langsung membaca Kondisi dan Iklim Kerja di tempat baru yang dimasukinya. Hal ini penting untuk melihat apakah Goal yang dibuat dan direncanakan untuk karier yang yang bersangkutan di tempat tersebut bisa dicapai sesuai dengan target waktu yang dibuat.

Untuk itu penting bagi kita semua untuk dapat menentukan Tipe Perusahaan yang akan kita masuki apabila kita ingin Sukses di dalamnya.

Baca lebih lengkap